melangkah yakin, meninggalkanku dalam kebingungan.
Katamu, waktu akan menunjukkan segalanya,
tapi kamu hanya menghilang,
jadi kenangan yang terus tertinggal.
Aku belajar berdiri sendiri,
menjalani hari tanpa bayanganmu,
membuang namamu dari pikiranku,
meski kadang masih muncul dalam mimpi yang diam-diam menyakitkan.
Sekarang kamu kembali,
bukan sebagai harapan,
tapi sebagai kenangan yang tiba-tiba hadir,
di sela tugas kampus dan kopi yang tak sempat diminum.
Kamu hanya bertanya, “Apa kabar?”
Kata sederhana,
tapi cukup untuk mengguncang hati
yang sudah lama belajar tenang.
Aku melihat pesanmu,
bukan dengan rindu,
tapi dengan hati yang sudah dewasa
karena luka yang dulu kamu tinggalkan.
Aku bukan lagi gadis yang menangis dalam sepi,
aku sekarang perempuan yang tahu cara memilih,
bukan hanya menunggu.
Dan kalau kamu datang untuk mengulang,
mungkin aku akan tersenyum,
tapi tidak akan memulai lagi.
Karena kadang, yang pernah pergi memang harus tetap jauh,
supaya hati ini tidak jatuh kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar